Sabtu, 17 Oktober 2015

Tiada yang istimewa pada pagi hari ini, bangun di pagi hari pukul lima, mandi, sarapan, lalu berangkat ke sekolah. Tiada yang istimewa pada pagi hari ini, memasuki kelas yang sama, suasana yang sama, dan entah apalagi kesamaan yang ada. Namun, ternyata aku salah besar! Justru hari ini adalah awal dari hari yang paling istimewa selama aku hidup. Kau akan segera tahu apa istimewaan dari hari ini.

Kabar baik itu datang di saat bel masuk telah berbunyi. Bu Jeha masuk seraya membawa sebuah kertas berukuran besar yang di gulung, dengan spidol papan tulis yang ia genggam di tangan kanannya.
 “Selamat pagi, anak-anak,” sapa Bu Jeha.
“Pagi, Bu,”
“Ada pengumuman yang perlu ibu sampaikan, seperti yang sudah kalian ketahui bahwa di sekolah ini pada tingkat kelas dua sma, akan ada program magang yang di sesuaikan dengan minat dan bakat kalian. Oleh karena itu, Ibu minta kalian tuliskan profesi apa yang  di inginkan dan perusahaan apa yang ingin kalian jadikan tempat magang. Waktunya sepuluh menit!” jelas Bu Jeha panjang lebar.
Aku mulai berpikir. Magang? Untuk jurusan kuliah yang akan kupilih nanti saja aku belum tahu. Ini sudah di suruh magang segala, batinku.
“Ada apa Azura?” tanya Imel, teman sebangku denganku.
“Eh?” “Nggak ada apa-apa kok mel,” balasku kikuk.
Imel tersenyum, “Aku tau kamu kali Az, kamu pasti bingung kan mau magang dimana?  Mendingan kamu ikut magang sama aku aja. Pasti bakalan seru. Aku bisa jamin itu,”
Aku sedikit ragu, “Memangnya kamu mau magang dimana?”
“Ada lah. Kerja nya bareng sama orang-orang keren!” balas Imel sambil menatapku dengan tatapan yang seakan-akan berkata, lo harus percaya sama gue. Ini nggak akan ngecewain!
“Yasudahlah, Mel. Aku percaya kamu aja, daripada susah-susah nyari tempat magang!” aku akhirnya menyetujui. Toh tidak ada salahnya juga, kan?

*
 “AZURAAAA! KAMU SEKARANG ADA DIMANA SIH?” ujar Imel dari telepon genggamku.
“Iya, iya! Tunggu sebentar ya Mel, aku sebentar lagi sampai kok,” balasku.
“IH! Kamu tuh gimana sih, Az. Udah tau ini hari pertama magang kita. Pokoknya kalau kamu belum juga sampai selama lima menit. Aku tinggal ya!”
Aku tertawa kecil, “Siap, nyonya!”
Kurang dari lima menit aku sudah sampai di tempat yang aku dan Imel sudah janjian. Tanpa banyak bicara aku dan Imel segera masuk ke dalam mobil dan segera menuju tempat tujuan. Sebagai informasi saja, aku belum tau akan  magang dimana, sebagai apa, dan apa saja tugas-tugasnya. Yang jelas, kata Imel kita akan bekerja dengan senyaman mungkin dan bebas memakai pakaian apa saja asal pantas dan sopan. Jadi, aku hanya memakai t-shirt dengan cardigan bewarna maroon serta celana jeans.

**

Aku dan Imel di sambut hangat oleh salah satu staff di perusahaan ini.
“Hai, selamat pagi. Aku Aisha, kerja di bagian jurnalistik. Selamat datang di Kantor kami,” ujar Aisha seraya menyalamamiku dan Imel.
“Selamat pagi juga, mbak Aisha,” balasku dan Imel.
“Eh? Nggak usah manggil mbak kali, emang aku mbak-mbak. Panggil aja langsung, Aisha,” ujar Aisha lagi.
“Eh, iya maaf, A-aisha!” balasku dan Imel hanya tersenyum.
“Kalian bisa tunggu di ruang tunggu dulu ya. Soalnya, aku mau panggilin Mbak Trinzi dulu,”

Setelah menunggu kurang lebih lima menit, seorang wanita berkacamata, berperawakan tinggi-kurus, datang memasuki ruang tunggu.
“Halo Azura dan Imel. Selamat datang di kantor kami,” itulah kalimat pembuka dari wanita itu.
“Halo, salam kenal juga mbak Trinzi,” aku tersenyum. Begitu pula dengan Imel.
“Jadi kalian mau magang jadi apa, nih?” Mbak Trinzy berkata sambil sekilas mengecek telepon genggamnya.
Imel yang menjawab duluan, “Jadi gini mbak, kan si Azura ini awalnya cuma ikut aku aja magang disini. Sebelumnya, mbak bisa jelasin dulu nggak sedikit tentang perusahaan ini dan apa aja unsur-unsur yang ada disini,”
“Oh, boleh. Nah, perusahaan ini bergerak di media cetak yaitu majalah. Target konsumen dari majalah ini adalah remaja. Jadi lebih banyak ngebahas hal-hal seputar remaja, keremajaan, dan yang paling sering tentang seleb dari dalam atau luar negeri,” jelas mbak Trinzi.
“Udah ngerti, Azura?” tanya mbak Trinzi.
“Oh, iya udah kok mbak,”
Mbak Trinzi melanjutkan penjelasannya, “Kita juga lagi ada project charity yang bekerjasama dengan salah satu brand cosmetics di Indonesia. Aku sih pengennya kalian bantu-bantu di sini aja, hehe. Tapi itu sih menurut persetujuan kalian aja sih,” Mbak Trinzi menatap kami berdua. 
“Aku mau kok, mbak!” ujar Imel bersemangat.
Mbak Trinzi dan Imel lalu melihat kearahku. Menunggu jawaban.
“Eh? Aku mah terserah aja, mbak,” akhirnya aku memutuskan. Because why not? Its nice to be a part on charity project!

***

Kami akan membuat artikel tentang produk yang ada di brand cosmetic yang terpilih untuk di amalkan setengah harganya. Jadi ketika kita membeli produk ini, maka setengah harganya akan di amalkan untuk korban bencana alam di Jepang. Oh iya, Kami di tugas kan untuk mempromosikan produk ini agar banyak orang yang membeli dan beramal. Kami juga di tuntut untuk mendokumentasikan ini dengan baik. Pokoknya ini bakalan seru, deh!

****

Akhir-akhir ini aku banyak berkutat di depan laptop. Pagi, siang, sore, malam.  Tugas ini sebenarnya tidak terlalu berat bagiku berhubung aku senang menulis juga (kalau sedang ada ide), tetapi deadline nya-lah yang membuat pusing! Deadline yang di berikan oleh mbak Trinzi adalah hari Rabu, sedangkan hari ini sudah hari Selasa! Tuhan, bantu akuu!! ><
Hujan rintik-rintik membahasi jalanan kota. Bau hujan yang khas tercium dimana-mana. Aku memutuskan untuk pulang menggunakan kereta, karena Imel sudah di jemput di kantor. Aku baru saja menyelesaikan tugas pada pukul 7.00 malam. Dan sekarang sudah pukul 7.30 malam, aku masih menunggu kereta yang sepuluh menit lagi akan tiba di stasiun. Sepuluh menit telah berlalu, kereta datang tepat waktu. Aku memasuki salah satu gerbong dan duduk, tak lama kereta sudah meluncur.

Esokkannya, aku sangat senaaaang sekali! Karena hasil kerja ku dan Imel sangat memuaskan, jadi aku mendapat imbalan dari mbak Trinzi. YEAY! Akhirnya aku bisa berguna bagi orang lain dan diriku sendiri. Terima kasih kepada Imel yang sudah mengajakku magang disini, dia memang benar aku nggak merasa kecewa sama sekali setelah magang disini. Malah aku mulai mempertimbangkan cita-citaku untuk menjadi seorang jurnalis.


***

Andi Tiara Nurul Izzah Fathia. Siswi kelas XC SMA Islam Sinar Cendekia ini sangat gemar Menulis. Termasuk Menulis Cerpen, Resensi Film dan Resensi Buku. Beberapa cerpennya pun pernah di terbitkan (publishing house) sejak masih di bangku sekolah menengah pertama.

Tagged:

0 komentar:

Posting Komentar