Minggu, 11 Oktober 2015

Aku terlambat.
Matahari telah diatas kepala, membawa sinar yang sangat terang dengan sombongnya. Menerangi bumi dengan teriknya, membawa cahaya bagi para manusia.
Namun sekali lagi, aku terlambat.

Dua hari yang lalu, mungkin adalah hari yang akan ku nanti-nantikan lagi. Dimana aku dan sahabatku bersama seperti biasanya. Bercanda tawa, saling menyuapi makanan, kejar kejaran dan bercengkrama tanpa ada penghalang. Melakukan hal-hal gila memang sudah biasa bagi kami. Berteriak-teriak tanpa batas. Tertawa dengan lepas. Menantang langit dengan keras. Haha.. Hari itu memang tidak akan pernah terlupakan.

Seingatku, pagi itu aku dan sahabatku berjalan-jalan seperti biasa.
" Cari angin " katanya kalau ditanya mau kemana. Aku sih ikut saja, toh asal bersamanya aku merasa aman. Tak ada yang kami lakukan selain menyusuri jalan-jalan kampung yang kecil. Melewati gang-gang sempit dan menendangi batu kerikil. Hanya itu, hanya sepenggal kenangan indah. Kami sampai di taman di balik sebuah gedung tua. Kalau orang-orang tidak teliti, mereka hanya akan melihat sebuah gedung yang sudah separuh roboh saja. Namun jika mereka teliti, mereka akan menemukan jalan kecil disisi kanan gedung itu menuju ke taman yang serung kukunjungi. Sahabatku yang menemukan ini. Saat aku berulang tahun, aku di bawa kesana. Dengan menutup mataku, ia menuntunku menuju 'tempat indah' temuannya.

Taman itu 'saksi' persahabatan kami. Saksi suka duka kami. Saksi keceriaan kami. Saksi kasih sayang kami.
Aku menyandarkan tubuhku dibawah sebuah pohon yang rindang. Menikmati keheningan, sambil memperhatikan sahabatku yang sedari tadi mondar-mandir entah kenapa. Ku alihkan pandanganku menuju tumpukan buku di dekatku. Biasanya memang kalau kami kesini, kami selalu membawa satu atau dua buku. Untuk dibaca bersama, terkadang novel, ensiklopedia, ataupun buku pelajaran. Namun ada yang aneh di antara lembaran buku sahabatku. Seperti sebuah.. Tiket?
Aku menyambar kertas itu dan terbelalak. Memang benar, itu sebuah tiket.. Tiket pesawat jurusan Balikpapan yang akan berangkat dua hari lagi. Apa maksudnya? Apa ia akan pergi tanpa memberitahuku?
Namun aku tidak ingin merusak suasana, aku menyimpan kembali tiket itu dan bersikap seolah tidak ada apa-apa.
Ia kembali menuju ke arahku, membawa sebuah ikatan bunga yang sangat cantik.
" ini " katanya sambil menyodorkan bunga itu.
" Eh? ini? Untuk? " Tanyaku
" Untuk orang lewat! Ya untukmu lah! " Katanya dengan semangat. Senyumnya juga tidak lepas dari wajahnya.
" Terimakasih "

Aku tidak mengungkit soal tiket itu, aku hanya berharap itu semua hanya bohong belaka. Tiket itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepergian dia. Namun aku salah, itu semua salah. Ia benar benar pergi. Saat aku mengejarnya pun, aku tetap saja terlambat. Berharap bisa bertemu dengannya pun juga terlambat. Pesawat! Aku mohon berhentilah sebentar! Aku mohon tinggalah lebih lama! Jangan terburu buru.. Masih banyak waktu untuk terbang.. Pesawat, biarlah aku bertemu sahabatku sebentar saja, untuk mengucapkan salam perpisahan. Kenapa harus pergi hari ini? Tak bisakah kau pergi besok? Tak bisakah kau menungguku? Apa kau akan kembali? Aku takut kau akan semakin jauh.
Pesawat, berhentilah sebentar! biarkan ia turun walau sesaat. Masih ada banyak waktu, masih ada esok hari.
Pesawat! Waktu masih berjalan, jangan terlalu cepat pergi. Tunggu aku!
Aku tidak ingin melepasmu seperti ini!
Namun apa daya pesawat itu tidak bisa di hentikan. Aku menyesal, mengapa tidak memberikan ucapan perpisahan sejak awal? Tidak berusaha mencegahnya untuk pergi? Kapan ia akan kembali? Atau ia tidak akan pernah kembali?

Dengan derai air mata, ku baca lagi surat terakhir darinya
" Dear sahabatku..
Waktu begitu cepat berlalu ya? Masih ingatkah kamu saat aku bercerita tentang aku yang harus pergi meninggalkan tempatku ini?
Ku harap masih..
Ini benar benar terjadi, Ayahku ditugaskan untuk pindah ke kota Balikpapan oleh perusahaannya..
Awalnya aku tidak mau, aku bersikeras untuk tetap disini. Namun apa daya.. aku harus ikut ayahku..
Jangan menangis.. Aku akan selalu mengingatmu.. aku akan mengabarimu..

Salam
Sahabatmu "


*Cerpen ini ku dedikasikan untuk sahabatku.


--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Az-zahra Fathiya Ishbir Hikmata.
Siswa kelas XB SMA Islam Sinar Cendekia, biasa dipanggil Ara atau beberapa teman memanggilnya Arayo. Gemar membaca, menulis, menyanyi, mendengar musik, makan, dan main komputer. Lahir tanggal 15 Agustus 2000 dan bercita-cita menjadi Dokter Spesialis Bedah Saraf.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tagged:

0 komentar:

Posting Komentar