Tiada yang istimewa pada pagi hari ini, bangun di
pagi hari pukul lima, mandi, sarapan, lalu berangkat ke sekolah. Tiada yang
istimewa pada pagi hari ini, memasuki kelas yang sama, suasana yang sama, dan
entah apalagi kesamaan yang ada. Namun, ternyata aku salah besar! Justru hari
ini adalah awal dari hari yang paling istimewa selama aku hidup. Kau akan
segera tahu apa istimewaan dari hari ini.
Kabar baik itu datang di saat bel masuk telah
berbunyi. Bu Jeha masuk seraya membawa sebuah kertas berukuran besar yang di
gulung, dengan spidol papan tulis yang ia genggam di tangan kanannya.
“Selamat
pagi, anak-anak,” sapa Bu Jeha.
“Pagi, Bu,”
“Ada pengumuman yang perlu ibu sampaikan, seperti
yang sudah kalian ketahui bahwa di sekolah ini pada tingkat kelas dua sma, akan
ada program magang yang di sesuaikan dengan minat dan bakat kalian. Oleh karena
itu, Ibu minta kalian tuliskan profesi apa yang
di inginkan dan perusahaan apa yang ingin kalian jadikan tempat magang.
Waktunya sepuluh menit!” jelas Bu Jeha panjang lebar.
Aku mulai berpikir. Magang? Untuk jurusan kuliah
yang akan kupilih nanti saja aku belum tahu. Ini sudah di suruh magang segala,
batinku.
“Ada apa Azura?” tanya Imel, teman sebangku
denganku.
“Eh?” “Nggak ada apa-apa kok mel,” balasku kikuk.
Imel tersenyum, “Aku tau kamu kali Az, kamu pasti
bingung kan mau magang dimana? Mendingan
kamu ikut magang sama aku aja. Pasti bakalan seru. Aku bisa jamin itu,”
Aku sedikit ragu, “Memangnya kamu mau magang
dimana?”
“Ada lah. Kerja nya bareng sama orang-orang
keren!” balas Imel sambil menatapku dengan tatapan yang seakan-akan berkata, lo harus percaya sama gue. Ini nggak akan
ngecewain!
“Yasudahlah, Mel. Aku percaya kamu aja, daripada
susah-susah nyari tempat magang!” aku akhirnya menyetujui. Toh tidak ada salahnya
juga, kan?
*
“AZURAAAA!
KAMU SEKARANG ADA DIMANA SIH?” ujar Imel dari telepon genggamku.
“Iya, iya! Tunggu sebentar ya Mel, aku sebentar
lagi sampai kok,” balasku.
“IH! Kamu tuh gimana sih, Az. Udah tau ini hari
pertama magang kita. Pokoknya kalau kamu belum juga sampai selama lima menit.
Aku tinggal ya!”
Aku tertawa kecil, “Siap, nyonya!”
Kurang dari lima menit aku sudah sampai di tempat
yang aku dan Imel sudah janjian. Tanpa banyak bicara aku dan Imel segera masuk
ke dalam mobil dan segera menuju tempat tujuan. Sebagai informasi saja, aku
belum tau akan magang dimana, sebagai
apa, dan apa saja tugas-tugasnya. Yang jelas, kata Imel kita akan bekerja
dengan senyaman mungkin dan bebas memakai pakaian apa saja asal pantas dan sopan.
Jadi, aku hanya memakai t-shirt dengan cardigan bewarna maroon serta celana jeans.
**
Aku dan Imel di sambut hangat oleh salah satu
staff di perusahaan ini.
“Hai, selamat pagi. Aku Aisha, kerja di bagian
jurnalistik. Selamat datang di Kantor kami,” ujar Aisha seraya menyalamamiku
dan Imel.
“Selamat pagi juga, mbak Aisha,” balasku dan
Imel.
“Eh? Nggak usah manggil mbak kali, emang aku
mbak-mbak. Panggil aja langsung, Aisha,” ujar Aisha lagi.
“Eh, iya maaf, A-aisha!” balasku dan Imel hanya
tersenyum.
“Kalian bisa tunggu di ruang tunggu dulu ya.
Soalnya, aku mau panggilin Mbak Trinzi dulu,”
Setelah menunggu kurang lebih lima menit, seorang
wanita berkacamata, berperawakan tinggi-kurus, datang memasuki ruang tunggu.
“Halo Azura dan Imel. Selamat datang di kantor kami,”
itulah kalimat pembuka dari wanita itu.
“Halo, salam kenal juga mbak Trinzi,” aku
tersenyum. Begitu pula dengan Imel.
“Jadi kalian mau magang jadi apa, nih?” Mbak
Trinzy berkata sambil sekilas mengecek telepon genggamnya.
Imel yang menjawab duluan, “Jadi gini mbak, kan
si Azura ini awalnya cuma ikut aku aja magang disini. Sebelumnya, mbak bisa
jelasin dulu nggak sedikit tentang perusahaan ini dan apa aja unsur-unsur yang
ada disini,”
“Oh, boleh. Nah, perusahaan ini bergerak di media
cetak yaitu majalah. Target konsumen dari majalah ini adalah remaja. Jadi lebih
banyak ngebahas hal-hal seputar remaja, keremajaan, dan yang paling sering
tentang seleb dari dalam atau luar negeri,” jelas mbak Trinzi.
“Udah ngerti, Azura?” tanya mbak Trinzi.
“Oh, iya udah kok mbak,”
Mbak Trinzi melanjutkan penjelasannya, “Kita juga
lagi ada project charity yang
bekerjasama dengan salah satu brand
cosmetics di Indonesia. Aku sih pengennya kalian bantu-bantu di sini aja,
hehe. Tapi itu sih menurut persetujuan kalian aja sih,” Mbak Trinzi menatap
kami berdua.
“Aku mau kok, mbak!” ujar Imel bersemangat.
Mbak Trinzi dan Imel lalu melihat kearahku.
Menunggu jawaban.
“Eh? Aku mah terserah aja, mbak,” akhirnya aku
memutuskan. Because why not? Its nice to
be a part on charity project!
***
Kami akan membuat artikel tentang produk yang ada
di brand cosmetic yang terpilih untuk
di amalkan setengah harganya. Jadi ketika kita membeli produk ini, maka
setengah harganya akan di amalkan untuk korban bencana alam di Jepang. Oh iya, Kami
di tugas kan untuk mempromosikan produk ini agar banyak orang yang membeli dan
beramal. Kami juga di tuntut untuk mendokumentasikan ini dengan baik. Pokoknya
ini bakalan seru, deh!
****
Akhir-akhir ini aku banyak berkutat di depan laptop.
Pagi, siang, sore, malam. Tugas ini
sebenarnya tidak terlalu berat bagiku berhubung aku senang menulis juga (kalau
sedang ada ide), tetapi deadline nya-lah
yang membuat pusing! Deadline yang di berikan oleh mbak Trinzi adalah hari
Rabu, sedangkan hari ini sudah hari Selasa! Tuhan, bantu akuu!! ><
Hujan rintik-rintik membahasi jalanan kota. Bau
hujan yang khas tercium dimana-mana. Aku memutuskan untuk pulang menggunakan
kereta, karena Imel sudah di jemput di kantor. Aku baru saja menyelesaikan
tugas pada pukul 7.00 malam. Dan sekarang sudah pukul 7.30 malam, aku masih
menunggu kereta yang sepuluh menit lagi akan tiba di stasiun. Sepuluh menit
telah berlalu, kereta datang tepat waktu. Aku memasuki salah satu gerbong dan
duduk, tak lama kereta sudah meluncur.
Esokkannya, aku sangat senaaaang sekali! Karena
hasil kerja ku dan Imel sangat memuaskan, jadi aku mendapat imbalan dari mbak
Trinzi. YEAY! Akhirnya aku bisa berguna bagi orang lain dan diriku sendiri.
Terima kasih kepada Imel yang sudah mengajakku magang disini, dia memang benar
aku nggak merasa kecewa sama sekali setelah magang disini. Malah aku mulai
mempertimbangkan cita-citaku untuk menjadi seorang jurnalis.
***
Andi Tiara Nurul Izzah Fathia. Siswi kelas XC SMA Islam Sinar Cendekia ini sangat gemar Menulis. Termasuk Menulis Cerpen, Resensi Film dan Resensi Buku. Beberapa cerpennya pun pernah di terbitkan (publishing house) sejak masih di bangku sekolah menengah pertama.
0 komentar:
Posting Komentar