Aku terlambat.
Matahari telah diatas kepala, membawa sinar
yang sangat terang dengan sombongnya. Menerangi bumi dengan teriknya, membawa cahaya
bagi para manusia.
Namun sekali lagi, aku terlambat.
Dua hari yang lalu, mungkin adalah hari yang
akan ku nanti-nantikan lagi. Dimana aku dan sahabatku bersama seperti biasanya.
Bercanda tawa, saling menyuapi makanan, kejar kejaran dan bercengkrama tanpa ada
penghalang. Melakukan hal-hal gila memang sudah biasa bagi kami. Berteriak-teriak
tanpa batas. Tertawa dengan lepas. Menantang langit dengan keras. Haha.. Hari itu
memang tidak akan pernah terlupakan.
Seingatku, pagi itu aku dan sahabatku berjalan-jalan
seperti biasa.
" Cari angin " katanya kalau ditanya
mau kemana. Aku sih ikut saja, toh asal bersamanya aku merasa aman. Tak ada yang
kami lakukan selain menyusuri jalan-jalan kampung yang kecil. Melewati gang-gang
sempit dan menendangi batu kerikil. Hanya itu, hanya sepenggal kenangan indah. Kami
sampai di taman di balik sebuah gedung tua. Kalau orang-orang tidak teliti, mereka
hanya akan melihat sebuah gedung yang sudah separuh roboh saja. Namun jika mereka
teliti, mereka akan menemukan jalan kecil disisi kanan gedung itu menuju ke taman
yang serung kukunjungi. Sahabatku yang menemukan ini. Saat aku berulang tahun, aku
di bawa kesana. Dengan menutup mataku, ia menuntunku menuju 'tempat indah' temuannya.
Taman itu 'saksi' persahabatan kami. Saksi suka
duka kami. Saksi keceriaan kami. Saksi kasih sayang kami.
Aku menyandarkan tubuhku dibawah sebuah pohon
yang rindang. Menikmati keheningan, sambil memperhatikan sahabatku yang sedari tadi
mondar-mandir entah kenapa. Ku alihkan pandanganku menuju tumpukan buku di dekatku.
Biasanya memang kalau kami kesini, kami selalu membawa satu atau dua buku. Untuk
dibaca bersama, terkadang novel, ensiklopedia, ataupun buku pelajaran. Namun ada
yang aneh di antara lembaran buku sahabatku. Seperti sebuah.. Tiket?
Aku menyambar kertas itu dan terbelalak. Memang
benar, itu sebuah tiket.. Tiket pesawat jurusan Balikpapan yang akan berangkat dua
hari lagi. Apa maksudnya? Apa ia akan pergi tanpa memberitahuku?
Namun aku tidak ingin merusak suasana, aku menyimpan
kembali tiket itu dan bersikap seolah tidak ada apa-apa.
Ia kembali menuju ke arahku, membawa sebuah
ikatan bunga yang sangat cantik.
" ini " katanya sambil menyodorkan
bunga itu.
" Eh? ini? Untuk? " Tanyaku
" Untuk orang lewat! Ya untukmu lah! "
Katanya dengan semangat. Senyumnya juga tidak lepas dari wajahnya.
" Terimakasih "
Aku tidak mengungkit soal tiket itu, aku hanya
berharap itu semua hanya bohong belaka. Tiket itu tidak ada hubungannya sama sekali
dengan kepergian dia. Namun aku salah, itu semua salah. Ia benar benar pergi. Saat
aku mengejarnya pun, aku tetap saja terlambat. Berharap bisa bertemu dengannya pun
juga terlambat. Pesawat! Aku mohon berhentilah sebentar! Aku mohon tinggalah lebih
lama! Jangan terburu buru.. Masih banyak waktu untuk terbang.. Pesawat, biarlah
aku bertemu sahabatku sebentar saja, untuk mengucapkan salam perpisahan. Kenapa
harus pergi hari ini? Tak bisakah kau pergi besok? Tak bisakah kau menungguku? Apa
kau akan kembali? Aku takut kau akan semakin jauh.
Pesawat, berhentilah sebentar! biarkan ia turun
walau sesaat. Masih ada banyak waktu, masih ada esok hari.
Pesawat! Waktu masih berjalan, jangan terlalu
cepat pergi. Tunggu aku!
Aku tidak ingin melepasmu seperti ini!
Namun apa daya pesawat itu tidak bisa di hentikan.
Aku menyesal, mengapa tidak memberikan ucapan perpisahan sejak awal? Tidak berusaha
mencegahnya untuk pergi? Kapan ia akan kembali? Atau ia tidak akan pernah kembali?
Dengan derai air mata, ku baca lagi surat terakhir
darinya
" Dear sahabatku..
Waktu begitu cepat berlalu ya? Masih ingatkah
kamu saat aku bercerita tentang aku yang harus pergi meninggalkan tempatku ini?
Ku harap masih..
Ini benar benar terjadi, Ayahku ditugaskan untuk
pindah ke kota Balikpapan oleh perusahaannya..
Awalnya aku tidak mau, aku bersikeras untuk
tetap disini. Namun apa daya.. aku harus ikut ayahku..
Jangan menangis.. Aku akan selalu mengingatmu..
aku akan mengabarimu..
Salam
Sahabatmu "
*Cerpen ini ku dedikasikan untuk sahabatku.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Az-zahra Fathiya Ishbir Hikmata.
Siswa kelas XB SMA Islam Sinar Cendekia, biasa dipanggil Ara atau beberapa teman memanggilnya Arayo. Gemar membaca,
menulis, menyanyi, mendengar musik, makan, dan main komputer. Lahir tanggal 15 Agustus 2000 dan bercita-cita menjadi Dokter Spesialis Bedah Saraf.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar